Sabtu, 26 Maret 2016

Psikoterapi Person Centered Therapy



Person Centered Therapy
Berdasarkan sejarahnya, teori konseling yang dikembangkan Rogers ini mengalami beberapa perubahan. Pada mulanya dia mengembangkan pendekatan konseling yang disebutnon-directive counseling (1940). Pendekatan ini sebagai reaksi terhadap teori-teori konseling yang berkembang saat itu yang terlalu berorientasi pada konselor atau directive counseling.Pada 1951 Rogers mengubah namanya menjadi client centred counseling sehubungan dengan perubaghan pandangan tentang konseling yang menekankan pada upaya reflektif terhadap perasaan klien. Enam tahun berikutnya, pada 1957 Rogers mengubah sekali lagi pendekatannya menjadi konseling yang berpusat pada person (person centred), yang memandang klien sebagai partner dan perlu adanya keserasian pengalaman baik pada klien maupun konselor dan keduanya perlu mengemukakan pengalamannya pada saat hubungan konseling berlangsung.
 
       Konseling berpusat pada person ini memperoleh sambutan positif dari kalangan ilmuwan maupun praktisi, sehingga dapat berkembang secara pesat. Hingga saat ini, pendekatan konseling ini masih relevan untuk dipelajari dan diterapkan. Dalam kaitan ini Geldard (1989) menyatakan bahwa karya Rogers ini memiliki kekuatan (powerfull) dan manfaat (userfull) dalam membantu klien.
A.      KONSEP TERAPI
Person Centered Therapy didasarkan pada falsafah sifat naluri manusia yang menegaskan adanya usaha untuk beraktualisasi diri. Selanjutnya, pandangan Rogers tentang sifat naluri manusia adalah fenomenologis, yaitu kita membentuk diri sendiri sesuai dengan persepsi kita tentang realitas. Kita dimotifasi untuk mengaktulisasikan diri kita sendiri dalam lingkup prsepsi kita akan realitas.
Teori Rogers bertumpu pada suatu asumsi bahwa klien bisa memahami faktor dalam hidup mereka yang menjadikan mereka tidak bahagia. Mereka juga memiliki kapasitas untuk mengarahkan diri mereka sendiri dan mengadakan perubahan pribadi yang konstruktif. Perubahan bisa terjadi apabila terapis yang kongguren mampu bersama klien menciptakan sutau hubungan yang bercirikan keikhlasan, penerimaan dan pemahaman empati. Konseling terapeutik didasari hubungan saya/Anda atau dari orang ke orang, dalam suasana penerimaan di mana klien membuang pembelaan diri yang kaku dan mau menerima dan mengintegrasikan aspek yang selama ini mereka ingkari atau mereka porak porandakan.
Pendekatan Person Centered Therapy menekankan hubungan pribadi antara klien dan terapis, sikap terapis lebih bersikap kritis dibandingkan dengan pengetahuan, teori atau teknik. Pendekatan ini memberikan pertangungjawaban utama pada pengarahan terai pada klien. Klien dikonformasikan pada kesempatan untuk menentukan sendiri dan berkompromi dengan kekuatan dirinya sendiri.

B.       UNSUR-UNSUR TERAPI
a.    Munculnya masalah atau gangguan
Orang-orang memiliki kencendrungan dsar yang mendorong mereka ke arah pertumbuhandan pemenhan diri. Gangguan-gangguan psikologis pada umumnya terjadi karena orang lain menghambat individu dalam perjalanan menuju kepada aktualisasi diri.
b.    Tujuan terapi
Pendekatan Person Centered Therapy diarahkan ke kebebasan dan integrasi individu pada tingkat lebih tinggi. Fokusnya adalah pada si pribadi, bukan pada problema yang dikemukakan oleh klien. Menurut pandangan Rogers (1977) sasaran terapi tidak hanya sekedar menyelesaikan problema. Melainkan, membantu klien dalam proses pertumbuhannya, sehingga dia akan bisa lebih baik menangani problema yang dihadapinya sekarang dan yang akan mereka hadapi di masa depan. Sasaran yang dianggap penting oleh terapi adalah bisa menciptakan suasana yang kondusif yang bisa menolong si individu menjadi orang yang berfungsi secara penuh. Rogers (1961) melukiskan orang yang makin mejadi teraktualisasi sebagai yang memiliki keterbukaan terhadap pengalaman, percaya pada diri sendiri, sumber evaluasi internal dan kesediaan untuk tumbuh secara berlanjut..
c.    Peran terapis
Peranan Person Centered Therapy mengakar pada cara mereka berada dan sikap, bukan pada teknik yang didesain untuk membuat klien mau “berbuat sesuatu”. Penelitian pada Person Centered Therapy nampaknya menunjukan sikap terapis, dan bukan pengetahuan, teori, atau teknik yang menjadi fasilitator terhadap perubahan pribadi pada diri klien. Pada dasarnya, terapis menggunakan dirinya sebagai instrumen perubahan. Manakala mereka berhadapan empat mata dengan klien, peranannya adalah menjadi tidak memegang peranan. Jadi, Person Centered Therapy menciptakan hubungan yang bersifat menolong dimana klien bisa mengakami kebebasan yang diperlukan untuk menggali kawasan hidupnya yang sekarang ini tidak disadari keberadaannya atau porak poranda.

C.       TEKNIK PERSON CENTERED THERAPY
a.    Evolusi metode Person Centered Therapy
Dalam kerangka Person Centered Therapy tekniknay adlah mendengarkan, menerima, menhormati, memahami dan berbagi. Bersikeras dengan pengguna teknik dilihat sebagai hal yang menjadikan hubungan itu tidak memiliki sifat kepribadian lagi. Tekniknya haruslah ungkapan yang jujur dari terapinya, teknik-teknik itu tidak bisa digunakan berdasarkan kepuasan diri, oleh karena dengan demikian konselor itu tidak asli. Menurut Combs (1988), pendekatan Person Centered Therapy yang ada sekarang dipahami sebagai yang terutama untuk proses menolong klien bisa menemukan makna personal yang baru dan lebih memuaskan tentang diriny sendiri dan dunia temapt ia tinggal.
Meskipun pendekatan Person Centered Therapy terutama diaplikasikan pada konseling individual dan kelompok, ternyata pendekatan itu melebarkan sayapnya melampaui kawasan praktek terapeutik. Kawasan aplikasi yang penting termasuk pendidikan, kehidupan keluarga, kepemimpinan, dan administrasi, perkembangan organisasi, perawatan kesehatan, aktivitas antara-rasial dan antar-budaya, hbungan internasional dan pencarian pada perdamaian dunia (Cain,1986a). Oleh karena sudah berevolusi, pendekatan itu telah mencakup isu-isu sosial yang lebih luas, terutama penyelesaian konflik diantara kelompok masyarakat yang berbeda-beda.
b.    Kawasan aplikasi
Penelitian ini berguan bagi pelatiahan para praktisi, oleh karena metodenya mengandung sifat-sifat penyelamatan yang sudah siap pakai. Ditekankan untuk tetap bersama klien sebagai lawan dari mendahului mereka dengan interpretasi-interpretasi. Jadi, pendektana ini lebih aman dibandingkan dengan banyak model terapi yang menempatkan terapis dalam posisi di pemberi arahan dalam hal pemberi interpretasi, penentuan diganosis, penelitian alam tidak sadar, pengalisisan mimpi, dan bekerja menuju perubahan yang rebih radikal,

REFRENSI:
Corey, Gerald. (1995). Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Edisi ke-4. Semarang: IKIP Semarang Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar