Model Sistem Aplikasi Tes Papikostik yang Terkomputerisasi
Selamat Membaca
Selasa, 20 Desember 2016
Senin, 10 Oktober 2016
#SOFTSKILL
1) Elemen Sistem Informasi
Menurut Amsyah (2005) modul sistem terdiri dari empat subsistem, yaitu:
Masukan
Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak. Contoh masukan yang berwujud adalah bahan mentah, sedangkan contoh yang tidak berwujud adalah informasi (misalnya permintaan jasa pelanggan). (wikipedia.com)
Pengolahan
Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai, misalnya berupa informasi dan produk, tetapi juga bisa berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya saja sisa pembuangan atau limbah. Pada pabrik kimia, proses dapat berupa bahan mentah. Pada rumah sakit, proses dapat berupa aktivitas pembedahan pasien. (wikipedia.com)
Keluaran
Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, keluaran bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya. (wikipedia.com)
Umpan balik/ kontrol
Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan menggunakan umpan balik (feedback), yang mencuplik keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan baik masukan maupun proses. Tujuannya adalah untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan. (wikipedia.com).
Para ahli mempelajari sistem informasi dengan tujuan ketertarikan terhadap bagaimana pengambilan keputusan manusai mengenal dan menggunakan informasi formal. Dalam hal ini, proses psikologi yang berperan adalah psikologi kognitif, otak merupakan pusat pengolahan informasi. Informasi diperoleh dari pengalaman hidup sehari-hari yang ditangkap oleh penginderaan. Hasil informasi dikirimkan melalui jaringan saraff tertentu ke susunan saraf pusat di otak. Dalam susunan saraf pusat ini berbagai informasi diolah dah hasil pengolahan informasi tersebut manghasilkan pemahaman tentang suatu pengalaman.
2) Karakteristik Sistem informasi
Menurut Fatta (2007) untuk memahami atau mengembangkan suatu sistem, maka perlu membedakan unsur-unsur dari sistem yang membentuknya.
Menurut Jogianto (2005), Kambey (2010), dan Hutahaean (2015), sistem itu dikatakan sistem yang baik, jika memiliki karakteristik, berikut adalah karakteristik sistem yang dapat membedakan suatu sistem dengan lainnya:
A. Komponen ( Component)
Berupa subsistem atau bagian dari sistem yang saling berinteraksi.
B. Batas sistem
Pemisah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya menyatu dengan lingkungan luarnya.
C. Lingkungan luar sistem
Segala sesuatu yang berada di luar sistem yang mempengaruhi operasi sistem.
D. Penghubung ( Interface )
Media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem lainnya.
E. Masukan ( Input )
Segala sesuatu yang masuk kedalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan untuk diproses
F. Keluaran ( Output )
Hasil dari pemrosesan yang telah dikasifikasi menjadi keluaran yang berguna dan sisa.
G. Pengolah ( Process )
Bagian yang merubah masukan menjadi keluaran. Merubah data menjadi sebuah laporan
H. Sasaran ( Objectives )
Menentukan masukan yang dibutuhkan dan keuaran yang dihasilkan sistem
3) Model sistem informasi psikologi
Model sistem informasi psikologi dapat mengaplikasikan dengan computer, seperti Sistem informasi psikologi tes IQ. Tes IQ atau kemampuan adalah serangkaian tes yang harus diselesaikan dalam batas waktu tertentu atau lebih dikenal dengan istilah time limit test, yakni sederetan soal yang relative mudah, tetapi diberikan dalam waktu terbatas dan mampu menyelesaikan jawaban yang benar sebanyak mungkin.
Tujuan tes IQ adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat intelegensi seseorang dalam menjawab beberapa pertanyaan.
Mekanisme control tes IQ dengan mengatur atau mengarahkan agar system dapat berjalan dengan semestinya.
Input tes IQ adalah pertanyaan-pertanyaan tes IQ yang sudah di jawab dan menjadi sebuah informasi.
Proses tes IQ , informasi itu akan di olah untuk dijadikan sebuah hasil dari serangkaian pertanyaan tes IQ.
Output tes IQ, hasil akhir dari sebuah informasi yang sudah di proses dan akan menjadi sebuah skor IQ.
Daftar Pustaka
Amsyah, Z. (2005). Manajemen sistem informasi. Jakarta: PT. Gramedia pustaka umum.
Fatta, H. A (2007). Analisis dan perancangan sistem informasi. Jakarta: Andi Offset.
Hutahaean, J. (2015). Konsep sistem informasi. Yogyakarta: Deepublish Publisher.
Jogianto, H.M (2005). Sistem Teknologi Informasi. Yogyakarta: Andi.
Kambey, D.C (2006). Landasan Teori Administrasi atau Manajemen. Manado: Yayasan Tri Ganesha Nusantara
Menurut Amsyah (2005) modul sistem terdiri dari empat subsistem, yaitu:
Masukan
Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak. Contoh masukan yang berwujud adalah bahan mentah, sedangkan contoh yang tidak berwujud adalah informasi (misalnya permintaan jasa pelanggan). (wikipedia.com)
Pengolahan
Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai, misalnya berupa informasi dan produk, tetapi juga bisa berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya saja sisa pembuangan atau limbah. Pada pabrik kimia, proses dapat berupa bahan mentah. Pada rumah sakit, proses dapat berupa aktivitas pembedahan pasien. (wikipedia.com)
Keluaran
Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, keluaran bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya. (wikipedia.com)
Umpan balik/ kontrol
Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan menggunakan umpan balik (feedback), yang mencuplik keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan baik masukan maupun proses. Tujuannya adalah untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan. (wikipedia.com).
Para ahli mempelajari sistem informasi dengan tujuan ketertarikan terhadap bagaimana pengambilan keputusan manusai mengenal dan menggunakan informasi formal. Dalam hal ini, proses psikologi yang berperan adalah psikologi kognitif, otak merupakan pusat pengolahan informasi. Informasi diperoleh dari pengalaman hidup sehari-hari yang ditangkap oleh penginderaan. Hasil informasi dikirimkan melalui jaringan saraff tertentu ke susunan saraf pusat di otak. Dalam susunan saraf pusat ini berbagai informasi diolah dah hasil pengolahan informasi tersebut manghasilkan pemahaman tentang suatu pengalaman.
2) Karakteristik Sistem informasi
Menurut Fatta (2007) untuk memahami atau mengembangkan suatu sistem, maka perlu membedakan unsur-unsur dari sistem yang membentuknya.
Menurut Jogianto (2005), Kambey (2010), dan Hutahaean (2015), sistem itu dikatakan sistem yang baik, jika memiliki karakteristik, berikut adalah karakteristik sistem yang dapat membedakan suatu sistem dengan lainnya:
A. Komponen ( Component)
Berupa subsistem atau bagian dari sistem yang saling berinteraksi.
B. Batas sistem
Pemisah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya menyatu dengan lingkungan luarnya.
C. Lingkungan luar sistem
Segala sesuatu yang berada di luar sistem yang mempengaruhi operasi sistem.
D. Penghubung ( Interface )
Media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem lainnya.
E. Masukan ( Input )
Segala sesuatu yang masuk kedalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan untuk diproses
F. Keluaran ( Output )
Hasil dari pemrosesan yang telah dikasifikasi menjadi keluaran yang berguna dan sisa.
G. Pengolah ( Process )
Bagian yang merubah masukan menjadi keluaran. Merubah data menjadi sebuah laporan
H. Sasaran ( Objectives )
Menentukan masukan yang dibutuhkan dan keuaran yang dihasilkan sistem
3) Model sistem informasi psikologi
Model sistem informasi psikologi dapat mengaplikasikan dengan computer, seperti Sistem informasi psikologi tes IQ. Tes IQ atau kemampuan adalah serangkaian tes yang harus diselesaikan dalam batas waktu tertentu atau lebih dikenal dengan istilah time limit test, yakni sederetan soal yang relative mudah, tetapi diberikan dalam waktu terbatas dan mampu menyelesaikan jawaban yang benar sebanyak mungkin.
Tujuan tes IQ adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat intelegensi seseorang dalam menjawab beberapa pertanyaan.
Mekanisme control tes IQ dengan mengatur atau mengarahkan agar system dapat berjalan dengan semestinya.
Input tes IQ adalah pertanyaan-pertanyaan tes IQ yang sudah di jawab dan menjadi sebuah informasi.
Proses tes IQ , informasi itu akan di olah untuk dijadikan sebuah hasil dari serangkaian pertanyaan tes IQ.
Output tes IQ, hasil akhir dari sebuah informasi yang sudah di proses dan akan menjadi sebuah skor IQ.
Daftar Pustaka
Amsyah, Z. (2005). Manajemen sistem informasi. Jakarta: PT. Gramedia pustaka umum.
Fatta, H. A (2007). Analisis dan perancangan sistem informasi. Jakarta: Andi Offset.
Hutahaean, J. (2015). Konsep sistem informasi. Yogyakarta: Deepublish Publisher.
Jogianto, H.M (2005). Sistem Teknologi Informasi. Yogyakarta: Andi.
Kambey, D.C (2006). Landasan Teori Administrasi atau Manajemen. Manado: Yayasan Tri Ganesha Nusantara
#Softskill Sistem Informasi Psiklogi
Sistem Informasi Psikologi
I. Pengertian Sistem
Moekijat (dalam Prasojo 2011) menyatakan bahwa sistem adalah setiap
sesuatu terdiri dari obyek-obyek, atau unsur-unsur, atau komponen-komponen yang
berkaitan dan berhubungan satu sama lain, sedemikian rupa sehingga unsur-unsur tersebut
merupakan satu kesatuan pemrosesan atau pengolahan yang tertentu.
Menurut Fat (dalam Hutahaean, 2015) Sistem adalah sebuah himpunan
pada suatu benda nyata atau abstrak (a set of thing) yang terdiri dari
bagian-bagian yang berkaitan, berhubungan, saling bergantung satu sama lain,
saling mendukung, yang bersatu dalam satu kesatuan untuk mencapai suatu tujuan
secara efisien dan efektif.
McLeod, Jr (dalam Prasojo 2011) mendefinisikan sistem sebagai
sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai
suatu tujuan.
Menurut Jogianto (dalam Hutahaean, 2015) sistem adalah kumpulan
elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Yakub (2012) menyatakan bahwa sistem adalah suatu jaringan kerja
dari prosedur-prosedur yang berhubungan, terkumpul bersama-sama untuk melakukan
suatu kegiatan atau tujuan tertentu.
Dari beberapa definisi sistem yang diungkapkan beberapa tokoh
diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem adalah kumpulan unsur-unsur, komponen,
atau elemen-elemen yang saling berkaitan, saling mendukung, berhubungan, dan
saling bergantung satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara
efisien dan efektif
II. Pengertian Informasi
Informasi adalah sekumpulan fakta (data) yang diorganisasikan
dengan cara tertentu sehingga mereka mempunyai arti bagi si penerima. Sebagai
contoh, apabila kita memasukkan jumlah gaji dengan jumlah jam bekerja, kita
akan mendapatkan informasi yang berguna. Dengan kata lain, informasi datang
dari data yang akan diproses. (Sutarman, 2012).
Hutahaean (2015) mendefinisikan Informasi adalah data yang diolah
menjadi bentuk yang berguna dan lebih penting bagi penggunanya.
Menurut Prasojo (2011), bahwa pengertian informasi sering disamakan
dengan pengertian data. “Data adalah sesuatu yang belum diolah dan belum dapat
digunakan sebagai dasar yang kuat dalam pengambilan keputusan”. Beberapa contoh
data adalah data nama mahasiswa, jumlah kursi, jumlah siswa, dan lain-lain.
Data mahasiswa relatif belum berarti, jika digunakan untuk mengambil keputusan
tertentu. Data nama mahasiswa ditambah data IPK mahasiswa,dan persentase nilai
“D” dapat digunakan untuk menentukan bahwa mahasiswa tersebut dapat mengambil
bebas teori atau tidak. Data bebas teori dan nilai skripsi dapat digunakan
untuk mengambil keputusan bahwa mahasiswa tersebut berhak lulus atau tidak.
Gabungan dari data nama mahasiswa, IPK, persentasi nilai “D”, nilai skripsi
merupakan sebuah informasi.
Gordon B. Davis (dalam Hutahaean, 2015) menyatakan bahwa informasi
adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi
penerimanya dan memiliki nilai nyata atau yang dapat dirasakan dalam
keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang.
Dari beberapa definisi informasi yang diungkapkan beberapa tokoh
diatas, dapat disimpulkan bahwa informasi masih sering disamakan dengan data,
dimana sebenarnya informasi dan data itu berbeda. Data adalah suatu hal yang
belum diolah dan belum dapat digunakan sebagai dasar yang kuat dalam
pengambilan keputusan. Sebaliknya, informasi adalah data-data yang telah diolah
menjadi suatu bentuk yang berguna dan penting bagi penerimanya dan dapat
dijadikan dasar yang kuat untuk mengambil sebuah keputusan baik sekarang maupun
yang akan datang.
III. Pengertian Psikologi
Psikologi berasal dari perkataan Yunani yaitu “psyche” yang
artinya jiwa, dan “logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara
etimologis (arti kata) psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa,
baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya, maupun latar belakangnya.
Dengan singkat di sebut ilmu jiwa.
Menurut Muhibbin Syah (dalam Ahmad, 2009) psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia
baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan.
Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi
perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah
laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
Allport (dalam Ahmad, 2009) mendefinisikan psikologi sebagai satu
upaya untuk memahami dan menjelaskan bagaimana pikiran, perasaan, dan perilaku
individu yang dipengaruhi oleh kehadiran orang lain secara aktual, dibayangkan,
atau hadir secara tidak langsung
Wilhem Wundt & E.B Titchener (dalam Basuki, 2008) menyatakan
bahwa psikologi adalah pengalaman manusia yang dipelajari dari sudut pandang
pribadi yang mengalaminya seperti perasaan panca indera, pikiran, merasa (feeling),
dan kehendak.
Menurut Plotnik (2005) Psikologi adalah studi yang sistematik dan
ilmiah tentang perilaku dan proses mental.
Dari seluruh definisi psikologi di atas, dapat disimpulkan bahwa
psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan hewan, baik yang
terlihat maupun yang tidak terlihat secara langsung, dan dalam hubungannya
dengan lingkungan sekitar yang berguna sebagai suatu usaha untuk memahami
proses mental.
IV. SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI (SIP)
Dari keseluruhan uraian mengenai sistem, Informasi, dan psikologi
di atas, maka dapat kita coba tarik kesimpulan bahwa definisi “Sistem Informasi
Psikologi” adalah suatu sistem atau tata cara yang merupakan kumpulan
elemen-elemen dari manusia, fasilitas atau alat teknologi, media, prosedur dan
pengendalian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyimpan data
mengenai perilaku terlihat maupun tidak terlihat secara langsung serta proses
mental yang terjadi pada manusia sehingga data tersebut dapat diubah menjadi
informasi yang penting dan berguna untuk mencapai tujuan tertentu seperti tujuan
penelitian. Contoh nyata dari pengaplikasian SIP dalam kehidupan adalah
penggunaan teknologi dalam pengambilan data tes psikologi, dalam hal ini
umumnya komputer (komputerisasi alat tes psikologi).
Contoh Kasus:
Dalam psikologi salah satu aplikasi yang sering digunakan adalah
program SPSS. SPSS adalah suatu program komputer yang digunakan untuk mengelola
suatu data menggunakan analisis statistik. Dalam hal ini data yang telah di
input dikelola oleh program SPSS untuk mencari suatu informasi yang dibutuhkan
oleh peneliti berdasarkan data yang telah di input sebelumnya.
Daftar Pustaka:
Ahmadi, H. Abu. (2009). Psikologi umum (edisi revisi 2009).
Jakarta: RINEKA CIPTA
Basuki, A. M. Heru. (2008). Psikologi umum. Depok:
Universitas Gunadarma
Hutahaean, J. (2015). Konsep sistem informasi.
Yogyakarta: Deepublish
Plotnik, R. (2005). Introduction of psychology f edition.
Australia: Thomson & Wadworth
Prasojo. (2011). Pengantar sistem informasi manajemen.
Bandung: CV. Remadja Karya
Sutarman. (2012). Pengantar sistem informasi.
Yogyakarta: Graha ilmu
Yakub. (2012). Pengantar Sistem Informasi. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Kamis, 23 Juni 2016
Terapi Kelompok #Psikoterapi
Terapi kelompok adalah terapi
yang dilakukan melalui sebuah kelompok namun memiliki kegiatan yang terstruktur
dan memberikan efek terapeutik bagi anggotanya. Efek terapeutik yaitu kegiatan
yang dilakukan dalam kelompok akan memberikan efek terapi kepada masing-masing
anggota. Mereka akan belajar untuk membuka diri mereka, menceritakan masalah
mereka, mendengar pendapat atau saran dari anggota lain.
Cara
melakukan terapi kelompok
Langkah-langkah yang dapat
dilakukan dalam terapi kelompok adalah:
- Tahap Intake
Tahap
ini ditandai oleh adanya pengakuan dari klien mengenai masalahnya yang
mungkin tepat dipecahkan melalui terapi kelompok ataupun terapis juga dapat
menelaah situasi yang dialami klien. Tahap intake disebut
juga sebagai tahap kontrak antara terapis dengan klien, karena pada tahap ini
terdapat persetujuan dan komitmen antara terapis dan klien untuk melakukan
kegiatan-kegiatan perubahan tingkah laku melalui terapi kelompok.
- Tahap Assesmen dan
Perencanaan Intervensi
Terapis dan para anggota terapi
(klien) mengidentifikasi permasalahan, tujuan-tujuan kelompok serta merancang
rencana tindakan pemecahan masalah. Pada tahap ini juga dibahas tempat atau
ruangan pelaksanaan terapi kelompok, frekuensi pertemuan, lama pertemuan dan
waktu yang dibutuhkan.
- Tahap Penyeleksian Anggota
Penyeleksian anggota untuk
membentuk suatu kelompok harus dilakukan terhadap orang-orang yang paling
mungkin mendapatkan manfaat dari keterlibatannya dalam kelompok. Dalam
pembentukan kelompok harus mempertimbangkan tipe permasalahan, persamaan
tujuan, persamaan jenis kelamin untuk masalah-masalah tertentu dan tingkatan
umur.
Minat dan ketertarikan individu
terhadap kelompok juga penting diperhatikan, karena anggota yang memiliki
perasaan positif terhadap kelompok akan terlibat dalam berbagai kegiatan
kelompok secara teratur.
- Tahap Pengembangan Kelompok
Norma-norma, harapan-harapan,
nilai-nilai dan tujuan-tujuan kelompok akan muncul dalam tahap ini sehingga
dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aktivitas serta relasi yang berkembang
dalam kelompok. Oleh karena itu, pada tahap ini terapis memegang peranan
penting untuk dapat membantu kelompok mencapai tujuan.
·
Taraf permulaan.
Dalam langkah ini, terapis perlu membicarakan apakah waktu yang telah
ditentukan dan disepakati bersama itu tetap bisa dilaksanakan, lalu
menyampaikan bagaimana komunikasi antara anggota yang satu dengan yang lainnya
karena tiap anggota harus saling menghormati agar apabila anggota yang satu
sedang berbicara maka anggota yang lain dapat memperhatikan, adanya keterbukaan
antara anggota yang satu dengan yang lain serta dengan terapis, lalu
menyampaikan bagaimana komunikasi antara anggota kelompok dengan terapis, serta
adanya kesepakatan untuk menjaga kerahasiaan.
·
Mengembangkan dan
memelihara situasi kelompok.
·
Melakukan diskusi,
saling berbagi pendapat dan pengalaman, serta memecahkan masalah
- Tahap Evaluasi dan Terminasi
Dalam langkah ini terapis perlu
melihat sejauh mana keberhasilan terapi kelompok yang telah dijalankan melalui
evaluasi. Berdasarkan hasil evaluasi, maka dilakukanlah terminasi atau
pengakhiran kelompok. Terminasi dilakukan berdasakan pertimbangan dan alasan
mengenai tujuan individu maupun kelompok tercapai, waktu yang ditetapkan telah
berakhir, kelompok gagal mencapai tujuan-tujuannya, serta keberlanjutan
kelompok dapat membahayakan satu atau lebih anggota kelompok.
Manfaat
terapi kelompok
- Dapat mengidentifikasi
masalah bersama orang lain yang memiliki permasalahan yang sama
- Dapat membantu klien untuk
meningkatkan hubungan interpersonal dengan klien lain sehingga setiap dari
mereka dapat saling mendukung
- Dapat membantu menghilangkan
perasaan-perasaan terisolasi dalam diri klien
- Dapat membantu menghilangkan
kecemasan-kecemasan yang dirasakan oleh klien
- Dapat mendorong klien untuk
membicarakan perasaan-perasaan batinnya dengan sepenuh hati
- Dapat membantu klien untuk
melepaskan ketegangan dalam diri yang telah dipendam
- Dapat meningkatkan klien
untuk berpartisipasi serta bertukar pikiran dan masalah dengan orang lain.
Kasus-kasus
yang diselesaikan dalam terapi kelompok
Terapi kelompok dapat menjadi
terapi pilihan untuk orang yang masalahnya terutama antarpribadi dan yang tidak
mengalami gangguan psikiatrik utama. Terapi kelompok juga baik untuk orang yang
hanya memerlukan tempat dimana ia dapat mencoba perilaku yang baru dan
mempraktekkan keterampilan sosial yang baru. Berikut kasus-kasusnya :
- Kecanduan alcohol, obat-obat
terlarang dan rokok
- Kekerasan seksual
- Stress dalam menghadapi
penyakit yang di derita
- Trauma
- Korban bullying
- Insomnia
- Permasalahan hubungan sosial
- Orang yang mengalami masalah
emosional
- Siswa yang mengalami
kesulitan belajar
Contoh Kasus:
Alice, 54 tahun. Ketika
keluarganya akhirnya membujuknya untuk berobat ke klinik rehabilitasi alkohol.
Ia jatuh terguling tangga kamar tidurnya saat dalam keadaan mabuk, dan mungkin
kejadian tersebut yang akhirnya membuatnya mengakui bahwa ada yang salah dengan
dirinya. Kebiasaan minumnya menjadi tidak terkendali selama beberapa tahun
terakhir. Ia mengawali hari dengan minum, berlanjut sepanjang pagi, dan pada
siang hari ia berada dalam kondisi mabuk total. Ia jarang ingat tentang
berbagai hal yang terjadi selepas tengah hari. Sejak awal masa dewasa ia minum
secara rutin, namun jarang pada siang hari dan tidak pernah sampai mabuk.
Kematian suaminya secara mendadak dalam sebuah kecelakaan mobil dua tahun
sebelumnya telah memicu peningkatan frekuensi minumnya, dan dalam enam bulan
kebiasaan minumnya telah berubah menjadi pola penyalahgunaan alkohol yang
parah. Ia tidak memiliki keinginan untuk keluar rumah dan berhenti melakukan
berbagai aktivitas sosial dengan keluarga dan teman-temannya. Upaya yang
berulang kali dilakukan keluarganya untuk membuatnya membatasi konsumsi alkohol
hanya memicu pertengkaran.
Terapi yang cocok untuk kasus
diatas adalah terapi kelompok. Dengan terapi kelompok klien mendapat kesempatan
untuk belajar cara berinteraksi sosial atau bersosialisasi, yaitu
memperkenalkan diri pada anggota kelompok, cara berkenalan dengan orang lain,
bercakap-cakap dengan orang lain, dan melakukan kegiatan sehari-hari. Dengan
melakukan kegiatan-kegiatan tersebut klien dilatih untuk tidak menarik diri
ataupun menghindar dan klien akan mampu melakukan interaksi dengan orang lain.
Referensi:
Kompasiana. Ketergantungan dan Penyalahgunaan Alkohol. (diakses
13/07/2015) http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2014/01/07/ketergantungan-dan-penyalahgunaan-alkohol-622963.html
Semiun,
Y. (2006). Kesehatan Mental 1. Yogyakarta:
KANISIUS
Suharto,
E. (2007). Pekerjaan Sosial di Dunia Industri – CSR.
Bandung: Refika Aditama
Terapi Keluarga #Psikoterapi
Menurut Kamus Webster keluarga
adalah A social unit consisting of parent and the children they rear(sebuah
unit sosial yang terdiri dari orang tua dan anak yang mereka asuh) atau A group
of people related by ancestry or marriage(sekelompok orang yang dihubungkan
oleh keturunan atau perkawinan).
Sementara itu, menurut PP No. 21 tahun 1994, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
Sementara itu, menurut PP No. 21 tahun 1994, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
Menurut WHO, keluarga adalah
anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi
atau perkawinan.
Berdasarkan 3 definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sebuah unit terkecil dalam kehidupan
sosial dalam masyarakat yang terdiri dari orang tua dan anak baik yang
terhubung melalui pertalian darah, perkawinan, maupun adopsi.
Menurut ahli keluarga yaitu
Friedman(1998) menjelaskan bahwa keluarga dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya
memiliki fungsi-fungsi dasar keluarga. Fungsi dasar tersebut terbagi menjadi 5
fungsi yang salah satunya adalah fungsi affektif, yaitu fungsi keluarga untuk
pembentukan dan pemeliharaan kepribadian anak-anak, pemantapan kepribadian
orang dewasa serta pemenuhan kebutuhan psikologis para anggotanya. Apabila
fungsi affektif ini tidak bisa berjalan semestinya maka akan terjadi gangguan
psikologis yang berdampak pada kejiwaan dari keseluruhan unit keluarga
tersebut.
Mengenai fungsi affektif ini
banyak kejadian dalam keluarga yang bisa memicu terjadinya gangguan kejiwaan
baik pada anggotanya maupun pada keseluruhan unit keluarganya, contoh
kejadian-kejadian tersebut seperti perceraian, kekerasan dalam rumah tangga,
kultural, dll. Kejadian tersebut tidak semata-mata muncul tetapi selalu ada
pemicunya, dalam konsep keluarga yang biasanya menjadi pemicu adalah struktur
nilai, struktur peran, pola komunikasi, pola interaksi, dan iklim keluarga yang
mendukung untuk mencetuskan kejadian-kejadian yang memicu terjadinya gangguan
kejiwaan pada keluarga tersebut.Sehingga dalam hal ini di perlukan terapi
keluarga dalam menormalisasikan individu dalam kehidupannya baik untuk dirinya
sendiri,keluarga maupun masyrakat sekitarnya khususnya dalam hubungan sosial.
A.Pengertian
Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah salah satu
bentuk intervensi psikologi keluarga sebagai sub bab pada psikologi klinis.
Terapi keluarga merupakan pendekatan terapeutik yang melihat masalah individu
dalam konteks lingkungan khususnya keluarga dan menitik beratkan pada proses
interpersonal. Tetapi keluarga merupakan intervensi spesifik dengan tujuan
membina komunikasi secara terbuka dan teraksi keluarga secara sehat.
B.Konsep
dan Prinsip Dasar
Terapi keluarga adalah model
terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi keluarga sehingga bisa membenahi
masalah-masalah dalam keluarga (Gurman, Kniskern & Pinsof, 1986). Terapi
keluarga muncul dari observasi bahwa masalah-masalah yang ada pada terapi
individual mempunyai konsekuensi dan konteks sosial. Contohnya, klien yang
menunjukkan peningkatan selama menjalani terapi individual, bisa terganggu lagi
setelah kembali pada keluarganya.
Terapi keluarga didasarkan pada
teori system (Van Bertalanffy, 1968) yang terdiri dari 3 prinsip :
·
Pertama, adalah kausalitas sirkular,
artinya peristiwa berhubungan dan saling bergantung bukan ditentukan dalam
sebab satu arah–efek perhubungan.
·
Kedua, ekologi, mengatakan bahwa
system hanya dapat dimengerti sebagai pola integrasi, tidak sebagai kumpulan
dari bagian komponen. Dalam system keluarga, perubahan perilaku salah satu
anggota akan mempengaruhi yang lain.
·
Ketiga, adalah subjektivitas yang
artinya tidak ada pandangan yang objektif terhadap suatu masalah, tiap anggota
keluarga mempunyai persepsi sendiri dari masalah keluarga.
Ketika masalah muncul, terapi
akan berusaha untuk mengidentifikasi masalah keluarga atau komunikasi keluarga
yang salah, untuk mendorong semua anggota keluarga mengintrospeksi diri
menyangkut masalah yang muncul. Tujuan umum terapi keluarga adalah meningkatkan
komunikasi karena keluarga bermasalah sering percaya pada pemahaman tentang
arti penting dari komunikasi (Patterson, 1982).
Terapis keluarga biasa dibutuhkan
ketika :
- Krisis keluarga yang
mempengaruhi seluruh anggota keluarga
- Ketidak harmonisan seksual
atau perkawinan
- Konflik keluarga dalam hal
norma atau keturunan
C.Sejarah
:
Penelitian mengenai terapi
keluarga dimulai pada tahun 1950-an oleh seorang Antropologis bernama Gregory
Bateson yang meneliti tentang pola komunikasi pada keluarga pasien skizofrenia
di Palo Alto, California.
Pada pertengahan 1970-an,
masyarakat prefesional mulai menganggap serius perspektif dan terapi keluarga.
Sejalan dengan itu, buku-buku dan artikel-artikle bermunculan, begitu juga
program pelatihan terapi keluarga (Gale dan Long, 1996)
Munculnya buku-buku semipopuler
sejak tahun 1968 hingga 1992 memberikan pandangan dan proses yang melekat pada
kehidupan perkawinan dan pasangan yang senantiasa berubah
D.Indikasi
Pemberian Terapi
Terapi keluarga akan sangat
bermanfaat jika digunakan pada kasus yang tepat. Indikasi terapi keluarga
menurut Walrond Skinner adalah : “Gejala yang timbul merupakan ekspresi
disfungsi dari sistem keluarga. Gejala yang timbul lebih menyebabkan beberapa
perubahan dalam hubungan anggota keluargannya dan dapat merupakan masalah
secara individual..”
E.Manfaat
Terapi Keluarga
Manfaat untuk pasien yaitu
mempercepat proses kesembuhan melalui dinamika kelompok atau keluarga.
Memperbaiki hubungan interpersonal pasien dengan tiap anggota keluarga atau
memperbaiki proses sosialisasi yang dibutuhkan dalam upaya rehabilitasinya.
Jika dilakukan pada program rawat jalan diharapkan dapat menurunkan angka
kekambuhan.
Manfaat untuk keluarga yaitu
memperbaiki fungsi dan struktur keluarga sehingga peran masing – masing anggota
keluarga labih baik. Keluarga mampu meningkatkan pengertiannya terhadap
pasien/klien sehingga lebih dapat menerima, lebih toleran dan lebih dapat
menghargainya sebagai manusia maupun terhadap potensi – potensinya masih ada.
Keluarga dapat meningkatkan kemampuannya dalam membantu pasien/klien dalam
rehabilitasi.
F.Efektifitas
Terapi Keluarga :
Walau efektifitas dari terapi
keluarga merupakan komponen penting dalam proses pemulihan klien, integrasi
terapi keluarga memiliki tantangan sebagai berikut :
Ø Pertama, terapi keluarga
lebih kompleks daripada pendekatan non-keluarga karena lebih banyak orang yang
terlibat.
Ø Kedua, perlu keterampilan
dan pelatihan khusus untuk terapi keluarga yang berbeda dari lainnya.
Ø Ketiga, terapi keluarga
selama ini sudah terbukti keberhasilannya.
G.Pemberian
Terapi Keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa
Keluarga
merupakan tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan
lingkungannya. Keluarga dipandang sebagai satu sistem sehingga gangguan yang
terjadi pada salah satu anggota dapat mempengaruhi sistem, disfungsi dalam
keluarga dapat sebagai penyebab gangguan.Berbagai pelayanan keperawatan jiwa
bukan tempat klien seumur hidup.Salah satu
faktor penyebab gangguan jiwa adalah keluarga tidak tahu cara merawat klien
dirumah. Kenyataannya banyak klien di RSJ yang jarang dikunjungi keluarga,
keluarga tdk mengikuti proses perawatan klien. Tim kesehatan jiwa di RS merasa
bertanggug jawab terhadap upaya penyembuhan klien & jarang melibatkan
keluarga. Setelah sembuh, RS memulangkan klien, beberapa hari, minggu, bulan
klien kembali dirawat dengan alasan perilaku klien tidak bisa diterima oleh
keluarga & lingkungan. Hal tersebut terjadi karena selama dirumah klien tidak
boleh keluar & gerak-gerik klien selalu diawasi dan curigai. Keluarga
mempunyai tangung jawab dalam Proskep di RS, persiapan pulang & perawatan
dirumah,Adaptasi klien dengan lingkungan berjalan baik.Terapi keluarga ADALAH
Suatu cara utk menata kembali masalah hubungan antar manusia (Stuart &
Sundeen, 1991)
Ø Adapun tujuan dari
perawatan tersebut adalah :
- Menurunkan konflik kecemasan
keluarga
- Meningkatkan kesadaran
keluarga terhadap kebutuhan masing-masing anggota keluarga.
- Meningkatkan kemampuan
penanganan terhadap krisis.
- Mengembangkan hubungan peran
yang sesuai
- Membantu keluarga menghadapi
tekanan dari dalam maupun dari luar anggota keluarga.
- Meningkatkan kesehatan jiwa
keluarga sesuai dengan tingkat perkembangan anggota keluarga.
Ø Manfaat Terapi Keluarga
·
Klien :
- Mempercepat proses
penyembuhan
- Memperbaiki hubungan
interpersonal
- Menurunkan angka kekambuhan
·
Keluarga :
- Memperbaiki fungsi &
struktur keluarga
- Keluarga mampu meningkatkan
pengertian terhadap klien sehingga lebih dapat menerima, toleran & menghargai
klien sebagai manusia.
- Keluarga dpt meningkatkan
kemampuan dlm membantu klien dlm proses rehabilitasi
Ø PERAN PERAWAT
- mendidik kembali dan
mengorientasikan kembali seluruh anggota keluarga
- memberikan dukungan kepada
klien serta sistem yang mendukung klien untuk mencapai tujuan dan usaha
untuk berubah
- mengkoordinasi dan
mengintegrasikan sumber pelayanan kesehatan
- memberi penyuluhan,
perawatan di rumah, psiko edukasi,dll
Aktifitas :
·
Komponen dikdaktik
: memberikan informasi & pendkes tentang gangguan jiwa, sistem keswa &
yankep.
·
Komponen
ketrampilan : latihan komunikasi, asertif, menyelesaikan konflik, mengatasi
perilaku & stress
·
Komponen emosi :
memberikan kesempatan untuk memvalidasi perasaan & bertukar pengalaman
·
Komponen proses
keluarga fokus pada koping keluarga & gejala sisa terhadap keluarga.
·
Komponen sosial :
meningkatkan penggunaan dukungan jaringan formal/informal untuk klien &
keluarga
Selain Peran perawat yang perlu
diperhatikan juga adalah bagaimana perawat membantu serta mendorong keluarga
untuk terlibat dalam mencegah klien kambuh. Alasan keluarga dilibatkan dalam
mencegah kekambuhan pada klien adalah :
- keluarga merupakan tempat
individu pertama memulai hubungan interpersonal dengan lingkungan
- keluarga merupakan suatu
sistem yang utuh dan tidak terpisahkan sehingga jika ada satu yang
terganggu yang lain ikut terganggu
- keluarga menurut
Sullinger(1988) merupakan salah satu penyebab klien gangguan jiwa menjadi
kambuh lagi sehingga diharapkan jika keluarga ikut berperan dalam mencegah
klien kambuh setidaknya membantu klien untuk dapat mempertahankan derajat
kesehatan mentalnya karena keluarga secara emosional tidak dapat
dipisahkan dengan mudah
Peran keluarga dalam terapi itu
sendiri adalah :
- membuat suatu keadaan dimana
anggota keluarga dapat melihat bahaya terhadap diri klien dan aktivitasnya
- tidak merasa takut dan mampu
bersikap terbuka
- membantu anggota bagaimana
memandang orang lain
- tempat bertanya serta
pemberi informasi yang mudah dipahami klien
- membangun self esteem
- nenurunkan ancaman dengan
latar belakang aturan untuk interaksi
- menurunkan ancaman dengan
struktur pembahasan yang sistematis
- pendidikan ulang anggota
untuk bertanggung jawab
Ø Ciri-ciri Fungsional
Keluarga
·
Mempertahankan
keseimbangan, fleksibel & adaptif perubahan tahap transisi dalam hidup
·
Problem emosi
merupakan bagian dari fungsi tiap individu
·
Kontak emosi
dipertahankan oleh tiap generasi & antar keluarga
·
Hubungan antar
keluarga yang erat & hindari menjauhi masalah
·
Perbedaan antar
anggota keluarga mendorong untuk meningkatkan pertumbuhan & kreativitas
individu.
·
Orang tua &
anak hubungan terbuka.
Ø Disfungsi Keluarga
- Tdk memiliki satu atau lebih
fungsi keluarga.
- Ibu yg terlalu melindungi
atau ayah yang tidak dirumah.
- Ayah & ibu yang super,
sibuk, pasif dll.
- Pasangan yang tidak harmonis
Ø HARAPAN:
- Memberikan stimuli dalam
perkembangan individual
- Menumbuhkan hubungan
interpersonal
- Mengerti tentang kesehatan
jiwa & gangguan kesehatan jiwa
- Mengetahui penyebab gangguan
jiwa
- Mengetahui ciri-ciri
gangguan jiwa
- Mengetahui fungsi &
tugas keluarga
- Upaya pencegahan gangguan
jiwa oleh keluarga
- Upaya perawatan klien
gangguan jiwa di RSU dan Puskesmas.
Kesimpulan
Salah satu bentuk intervensi
Psikologi Keluarga adalah terapi keluarga. Terapi keluarga merupakan salah satu
terapi modalitas yang melihat masalah individu dalam konteks lingkungan
khususnya keluarga. Untuk dapat menajalankan terapi keluarga dengan baik
diperlukan pendidikan dan latihan dengan dilandasi berbagai teoeri yaitu
psikoterapi kelompok, konsep keluarga struktur dan fingsi keluarga,dinamika
keluarga, terapi perilaku dan teori komunikasi.
Manfaat peran keluarga dalam
proses terapi pasien dapat diperbesar melalui terapi keluarga. Dengan terapi
keluarga diharapkan selain bermanfaat untuk terapi dan rehabilitasi pasien juga
dapat memperbaiki kesehatan mental dari keluarga, termasuk tiap–tiap anggota
keluarga dalam arti memperbaiki peran dan fungsi atau hubungan
interpersonalnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaplin,
JP. 1968. Dictionary of Psychology (Kamus Lengkap
Psikologi). M: 355. Terjemahan oleh Dr. Kartini Kartono. 1981.
Jakarta : Raja Grafindo.
Friedman, Marlyn M. 1998. Praktik
Keperawatan Keluarga: Teori, Pengkajian, Diagnosa, dan Intervensi. Toronto:
Appleton&Lange.
Hershenson, David B.; Power, Paul
W.; & Waldo, Michael. 1996. Community Counseling, Contemporer Theory and
Practice.
Kendall, Philip C. &
Norton-Ford, Julian. Professional Dimension Scientific and Professional
Dimension. USA, John Willey and Sons, Inc.
Massachusetts,
A Simon & Scuster Company. Imbercoopersmith, Evan. 1985. Teaching Trainee
To Think In Triad. Journal of Marital and Family Therapy, Vol.11, No.1,61-66.
Perez, Joseph F. 1979. Family
Counseling : Theory and Practice. New York, Van Nostrand, Co.
Sundberg,
D, Winebarger, A, Taplin, J. 2007. Psikologi Klinis.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Wiramihardja, S.A. 2004. Pengantar Psikologi Klinis (Edisi Revisi). Bandung : Refika Aditama.
Wiramihardja, S.A. 2004. Pengantar Psikologi Klinis (Edisi Revisi). Bandung : Refika Aditama.
Yosef, Iyus. 2007. Keperawatan
Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.
Langganan:
Postingan (Atom)