Sabtu, 26 Maret 2016

Psikoterapi Person Centered Therapy



Person Centered Therapy
Berdasarkan sejarahnya, teori konseling yang dikembangkan Rogers ini mengalami beberapa perubahan. Pada mulanya dia mengembangkan pendekatan konseling yang disebutnon-directive counseling (1940). Pendekatan ini sebagai reaksi terhadap teori-teori konseling yang berkembang saat itu yang terlalu berorientasi pada konselor atau directive counseling.Pada 1951 Rogers mengubah namanya menjadi client centred counseling sehubungan dengan perubaghan pandangan tentang konseling yang menekankan pada upaya reflektif terhadap perasaan klien. Enam tahun berikutnya, pada 1957 Rogers mengubah sekali lagi pendekatannya menjadi konseling yang berpusat pada person (person centred), yang memandang klien sebagai partner dan perlu adanya keserasian pengalaman baik pada klien maupun konselor dan keduanya perlu mengemukakan pengalamannya pada saat hubungan konseling berlangsung.
 
       Konseling berpusat pada person ini memperoleh sambutan positif dari kalangan ilmuwan maupun praktisi, sehingga dapat berkembang secara pesat. Hingga saat ini, pendekatan konseling ini masih relevan untuk dipelajari dan diterapkan. Dalam kaitan ini Geldard (1989) menyatakan bahwa karya Rogers ini memiliki kekuatan (powerfull) dan manfaat (userfull) dalam membantu klien.
A.      KONSEP TERAPI
Person Centered Therapy didasarkan pada falsafah sifat naluri manusia yang menegaskan adanya usaha untuk beraktualisasi diri. Selanjutnya, pandangan Rogers tentang sifat naluri manusia adalah fenomenologis, yaitu kita membentuk diri sendiri sesuai dengan persepsi kita tentang realitas. Kita dimotifasi untuk mengaktulisasikan diri kita sendiri dalam lingkup prsepsi kita akan realitas.
Teori Rogers bertumpu pada suatu asumsi bahwa klien bisa memahami faktor dalam hidup mereka yang menjadikan mereka tidak bahagia. Mereka juga memiliki kapasitas untuk mengarahkan diri mereka sendiri dan mengadakan perubahan pribadi yang konstruktif. Perubahan bisa terjadi apabila terapis yang kongguren mampu bersama klien menciptakan sutau hubungan yang bercirikan keikhlasan, penerimaan dan pemahaman empati. Konseling terapeutik didasari hubungan saya/Anda atau dari orang ke orang, dalam suasana penerimaan di mana klien membuang pembelaan diri yang kaku dan mau menerima dan mengintegrasikan aspek yang selama ini mereka ingkari atau mereka porak porandakan.
Pendekatan Person Centered Therapy menekankan hubungan pribadi antara klien dan terapis, sikap terapis lebih bersikap kritis dibandingkan dengan pengetahuan, teori atau teknik. Pendekatan ini memberikan pertangungjawaban utama pada pengarahan terai pada klien. Klien dikonformasikan pada kesempatan untuk menentukan sendiri dan berkompromi dengan kekuatan dirinya sendiri.

B.       UNSUR-UNSUR TERAPI
a.    Munculnya masalah atau gangguan
Orang-orang memiliki kencendrungan dsar yang mendorong mereka ke arah pertumbuhandan pemenhan diri. Gangguan-gangguan psikologis pada umumnya terjadi karena orang lain menghambat individu dalam perjalanan menuju kepada aktualisasi diri.
b.    Tujuan terapi
Pendekatan Person Centered Therapy diarahkan ke kebebasan dan integrasi individu pada tingkat lebih tinggi. Fokusnya adalah pada si pribadi, bukan pada problema yang dikemukakan oleh klien. Menurut pandangan Rogers (1977) sasaran terapi tidak hanya sekedar menyelesaikan problema. Melainkan, membantu klien dalam proses pertumbuhannya, sehingga dia akan bisa lebih baik menangani problema yang dihadapinya sekarang dan yang akan mereka hadapi di masa depan. Sasaran yang dianggap penting oleh terapi adalah bisa menciptakan suasana yang kondusif yang bisa menolong si individu menjadi orang yang berfungsi secara penuh. Rogers (1961) melukiskan orang yang makin mejadi teraktualisasi sebagai yang memiliki keterbukaan terhadap pengalaman, percaya pada diri sendiri, sumber evaluasi internal dan kesediaan untuk tumbuh secara berlanjut..
c.    Peran terapis
Peranan Person Centered Therapy mengakar pada cara mereka berada dan sikap, bukan pada teknik yang didesain untuk membuat klien mau “berbuat sesuatu”. Penelitian pada Person Centered Therapy nampaknya menunjukan sikap terapis, dan bukan pengetahuan, teori, atau teknik yang menjadi fasilitator terhadap perubahan pribadi pada diri klien. Pada dasarnya, terapis menggunakan dirinya sebagai instrumen perubahan. Manakala mereka berhadapan empat mata dengan klien, peranannya adalah menjadi tidak memegang peranan. Jadi, Person Centered Therapy menciptakan hubungan yang bersifat menolong dimana klien bisa mengakami kebebasan yang diperlukan untuk menggali kawasan hidupnya yang sekarang ini tidak disadari keberadaannya atau porak poranda.

C.       TEKNIK PERSON CENTERED THERAPY
a.    Evolusi metode Person Centered Therapy
Dalam kerangka Person Centered Therapy tekniknay adlah mendengarkan, menerima, menhormati, memahami dan berbagi. Bersikeras dengan pengguna teknik dilihat sebagai hal yang menjadikan hubungan itu tidak memiliki sifat kepribadian lagi. Tekniknya haruslah ungkapan yang jujur dari terapinya, teknik-teknik itu tidak bisa digunakan berdasarkan kepuasan diri, oleh karena dengan demikian konselor itu tidak asli. Menurut Combs (1988), pendekatan Person Centered Therapy yang ada sekarang dipahami sebagai yang terutama untuk proses menolong klien bisa menemukan makna personal yang baru dan lebih memuaskan tentang diriny sendiri dan dunia temapt ia tinggal.
Meskipun pendekatan Person Centered Therapy terutama diaplikasikan pada konseling individual dan kelompok, ternyata pendekatan itu melebarkan sayapnya melampaui kawasan praktek terapeutik. Kawasan aplikasi yang penting termasuk pendidikan, kehidupan keluarga, kepemimpinan, dan administrasi, perkembangan organisasi, perawatan kesehatan, aktivitas antara-rasial dan antar-budaya, hbungan internasional dan pencarian pada perdamaian dunia (Cain,1986a). Oleh karena sudah berevolusi, pendekatan itu telah mencakup isu-isu sosial yang lebih luas, terutama penyelesaian konflik diantara kelompok masyarakat yang berbeda-beda.
b.    Kawasan aplikasi
Penelitian ini berguan bagi pelatiahan para praktisi, oleh karena metodenya mengandung sifat-sifat penyelamatan yang sudah siap pakai. Ditekankan untuk tetap bersama klien sebagai lawan dari mendahului mereka dengan interpretasi-interpretasi. Jadi, pendektana ini lebih aman dibandingkan dengan banyak model terapi yang menempatkan terapis dalam posisi di pemberi arahan dalam hal pemberi interpretasi, penentuan diganosis, penelitian alam tidak sadar, pengalisisan mimpi, dan bekerja menuju perubahan yang rebih radikal,

REFRENSI:
Corey, Gerald. (1995). Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Edisi ke-4. Semarang: IKIP Semarang Press.

Minggu, 20 Maret 2016

Psikoterapi Terapi Humanistik Eksistensial

Terapi Humanistik Eksistensial

Pengertian
   Terapi humanistik eksistensial adalah terapi yang sesuai dalam memberikan bantuan kepada klien. Karena teori ini mencakup pengakuan eksistensialisme terhadap kekacauan, keniscayaan, keputusasaan manusia kedalam dunia tempat dia bertanggung jawab atas dirinya. Di bawah ini ada pengertian humanistik ekstensial menurut:
1)     Kartini Kartono dalam kamus psikologinya
Terapi humanistik eksistensial adalah salah satu psikoterapi yang menekankan pengalaman subyektif individual kemauan bebas, serta kemampuan yang ada untuk menentukan satu arah baru dalam hidup.
2)     W.S Winkel
Terapi humanistik eksistensial adalah Konseling yang menekankan implikasi – implikasi dan falsafah hidup dalam menghayati makna kehidupan manusia di bumi ini.

Tujuan Humanistik Eksistensial
Menurut Gerald Corey terapi humanistik eksistensial bertujuan agar klien mengalami keberadaanya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya. Terdapat tiga karakteristikdari keberadaan otentik, menyadari sepenuhnya keadaan sekarang, memilih bagaimana hidup pada saat sekarang, dan memikul tanggung jawab untuk memilih. Pada dasar nya terapi eksistensial adalah meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.

Ciri-ciri Humanistik Eksistensial
Ciri-cirinya sebagai berikut:
1.     Eksistensialisme bukanlah suatu aliran melainkan suatu gerakan yang memusatkan penyelidikannya manusia sebagai pribadi individual dan sebagai ada dalam dunia (tanda sambung menunjukkan ketakterpisahan antara manusia dan dunia).
2.      Adanya dalil-dalil yang melandasinya yaitu:
Setiap manusia unik dalam kehidupan batinnya, dalam mempersepsi dan mengevaluasi dunia, dan dalam bereaksi terhadap dunia
Manusia sebagai pribadi tidak bisa dimengerti ddalam kerangka fungsi-fungsi atau unsur-unsur yang membentuknya.
Bekerja semata-mata dalam kerangka kerja stimulus respons dan memusatkan perhatian pada fungsi-fungsi seperti penginderaan, persepsi, belajar, dorongan-dorongan, kebiasaan-kebiasaan, dan tingkah laku emosional tidak akan mampu memberikan sumbangan yang berarti kepada pemahaman manusia
3.   Berusaha melengkapi, bukan menyingkirkan dan menggantikan orientasi-orientasi yang ada dalam psikologi
4.  Sasaran eksistensial adalah mengembangkan konsep yang komperehensif tentang manusia dan memahami manusia dalam keseluruhan realitas eksistensialnya, misalnya pada kesadaran, perasaan-perasaan, suasana-suasana perasaan, dan pengalaman-pengalaman pribadi individual yang berkaitan dengan keberadaan individualnya dalam dunia dan diantara sesamanya. Tujuan utamanya adalah menemukan kekuatan dasar, tema, atau tendensi dari kehidupan manusia, yang dapat dijadikan kunci kearah memahami manusia.
5.   Tema-temanya adalah hubungan antar manusia, kebebasan, dan tanggung jawab, skala nilai-nilai individual, makna hidup, penderitaan, keputus asaan, kecemasan dan kematian.

Kekurangan dan Kelebihan Terapi Humanistik-Ekstensial
Kelebihan
-     Teknik ini dapat digunakan bagi klien yang mengalami kekurangan dalam perkembangan dan kepercayaan diri.
-        Adanya kebebasan klien untuk mengambil keputusan sendiri
-        Memanusiakan manusia
-         Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani,
    perubahan sikap, analisis terhadap fenomena sosial.
-         Pendekatan terapi eksistensial lebih cocok digunakan pada
    perkembangan klien seperti masalah karier, kegagalan
    dalam perkawinan, pengucilan dalam pergaulan ataupun
    masa transisi dalam perkembangan dari remaja menjadi dewasa

Kelemahan
·       Dalam metodologi, bahasa dan konsepnya yang mistikal
·       Dalam pelaksanaannya tidak memiliki teknik yang tegas
·       Terlalu percaya pada kemampuan klien dalam mengatasi
    masalahnya (keputusan ditentukan oleh klien sendiri)
·        Memakan waktu lama.

Tahap-tahap Pelaksanaan Terapi Humanistik Eksistensial
Terapi ini bisa menggunakan beberapa teknik dan konsep psikoanalitik dan juga bisa menggunakan teknik kognitif-behavioral. Metode ini berasal dari Gestalt dan analisis transaksional. Terdapat tiga tahap yang dapat dilakukan oleh terapis dalam terapi humaniatik eksistesial, antara lain:
Tahap pendahuluan
Terapis mambantu klien mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka terhadap dunia. Klien diajak mendefinisikan cara pandang agar eksistensi mereka diterima. Terapis mengajarkan mereka bercemin pada eksistensial mereka dan meneliti peran mereka dalam hal penciptaan masalah dalam kehidupan mereka.

Tahap pertengahan
Klien didorong supaya klien dapat lebih bersemangat dalam meneliti sumber dan otoritas dan sistem mereka. Semangat ini akan memberikan klien pemahaman baru dan restrukturisasi nilai dan sikap mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan dianggap pantas.

Tahap akhir
Berfokus untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka. Klien didorong untuk mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan yang kongkrit. Klien biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi kehidupannya yang memiliki tujuan. Dalam perspektif eksistensial, teknik sendiri dipandang alat untuk membuat klien sadar akan pilihan mereka, serta bertanggungjawab atas penggunaan kebebasan pribadinya.

Daftar Pustaka :
Corey, Gerald. 1995. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Eresku.
Misiak, Henryk. 2005. Psikologi Fenomenologi, Eksistensial dan Humanistic. Bandung: PT. Rafika Aditama.

Sabtu, 12 Maret 2016

Psikoterapi Terapi Psikoanalisis

Psikoterapi
=>Psikoterapi adalah metode untuk “menyembuhkan” klien yang menderita gangguan perilaku, karena sebagian dari kepribadiannya mengalami hambatan sehingga membutuhkan perawatan psikis. Dalam kenyataannya, psikoterapi merupakan kegiatan yang banyak dilakukan di dunia medis yang memberikan kewenangannya tersendiri untuk mempraktekkannya.
Menurut Wohlberg, psikoterapi adalah pengobatan dengan cara psikologis dari masalah yang bersifat emosional di mana seseorang terlatih sengaja membangun hubungan profesional dengan pasien dengan tujuan menghapus, mengubah atau menghambat gejala yang terganggu pola mediasi perilaku, meningkatkan pertumbuhan kepribadian yang positif dan pengembangan.

Sedangkan menurut Corsini, psikoterapi adalah proses interaksi formal 2 pihak (2 orang/lebih) yang bertujuan memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan (distress) pada salah 1 pihak karena tidak berfungsinya atau ketidakmampuan pada fungsi kognitif, afeksi atau perilaku, dengan terapis berusaha mengembangkan memelihara atau mengubahnya dengan menggunakan metode-metode sesuai pengetahuan dan skill, serta bersifat profesional serta legal.

          Bermula dari Sigmund Freud, pada akhir abad ke-19, yang memaparkan teori psikoanalisisnya, psikoterapi kian berkembang hingga kini. Teknik dan metode yang dicetuskan oleh Freud dapat dikatakan merupakan dasar dari psikoterapi, yang tampaknya, dalam praktek sehari-hari masih tetap digunakan sebagai dasar, apa pun teori yang dianut atau menjadi landasan atau pegangan bagi seseorang yang melakukan psikoterapi.

Psikoterapi dalam Bentuk Terapi Psikoanalisa
 =>Bentuk-bentuk psikoterapi itu sendiri ada banyak, diantaranya adalah Psikoanalisa terapy yang dikemukakan oleh Freud. Terapi psikoanalisis ini merupakan pengembangan dari teori-teori psikoanalisa dari Sigmund freud, pada teori ini Freud memusatkan perhatiannya pada pentingnya masa kanak-kanak awal. Dalam pandangan ini benih-benih dari gangguan psikologis sudah ditanamkan pada tahun-tahun awal pertumbuhan.

Manfaat dan Tujuan Terapi Psikoanalisa
=>Terapi psikoanalitik menghendaki supaya klien neurotik memiliki ego yang cukup lentur untuk bergeser diantara fungsi-fungsi ego yang bertentangan dan memadukannya dengan memperhatikan batas-batas yang ditentukan oleh konflik-konflik neurotik. Secara jelasnya tujuan terapi psikoanalisa itu sendiri adalah untuk menggantikan tingkah laku defensif dengan tingkah laku yang lebih adaptif, dengan berbuat demikian klien dapat menemukan kepuasan tanpa menghukum dirinya sendiri atau orang lain.
 Psikoterapi Psikoanalisa
Tokoh paling terkenal dari teori psikoanalisa ini adalah Sigmund Freud. Dalam sejarahnya, teknik psikoanalisa ini adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi. Psikoanalisa dipandang sebagai teori kepribadian ataupun metode psikoterapi.

 Ø  Sumbangan utama psikoanalisis :
1.      Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan pemahaman terhadap sifat manusia bisa diterapkan pada perbedaan penderitaan manusia
2.      Tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh faktor tak sadar
3.      Perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yg kuat terhadap kepribadian di masa dewasa
4.      Teori psikoanalisis menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk memahami cara-cara yg digunakan oleh individu dalam mengatasi kecemasan
5.      Terapi psikoanalisis telah memberikan cara-cara mencari keterangan dari ketidaksadaran melalui analisis atas mimpi-mimpi.

Psikoterapi dengan teknik psikoanalisa memiliki beberapa konsep utama, seperti struktur kepribadian, pandangan tentang sifat manusia, kesadaran dan ketidaksadaran, dan kecemasan. Psikoanalisa sendiri mengedepankan pengaruh masa lalu terhadap terbentuknya perilaku seseorang dimasa dewasanya. Teori – teori psikoanalisa dari Freud juga mengemukakan tentang adanya alam bawah sadar pada manusia yang mampu mendorong 3 prinsip dasar dari psikoanalisa sendiri yaitu:

1.         Struktur kepribadian
Ø  Id adalah komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan libinal. Bekerja dengan menganut prinsip kesenangan (pleasure principle). Contohnya adalah ketika seseorang lapar maka ia akan membayangkan makanan.
Ø  Ego adalah bagian kepribadian yang bertugas sebagai pengontrol jalannya id dengan superego (penengah antara id dan superego) atau pelaksanaan dari Id. Menganut prinsip realitas (reality priciple). Contohnya adalah orang yang merasa lapar maka akan pergi mencari makan.
Ø  Super Ego adalah bagian moral dari kepribadian manusia. Merupakan filter dari sensor baik-buruk, salah-benar, boleh-tidak dari sesuatu yang dilakukan oleh dorongan ego. Contohnya adalah orang yang lapar tetapi ia sedang berada di kelas mengikuti perkuliahan dia tidak bisa menahan laparnya dan keluar dari kelas tanpa meminta izin pada dosen atau memilih menunggu jam perkuliahan selesai baru pergi ke kantin untuk makan. Maka superego berperan penting pada saat itu.

Menurut Freud kepribadian yang sehat adalah kepribadian yang menyadari motivasi  (dorongan) yang dimilikinya. Dalam Psikoterapi tujuan digunakannya metode Psikoanalisa adalah untuk membuat motivasi–motivasi yang tidak disadari menjadi disadari.

2.        Pandangan tentang sifat manusia
ð Pandangan Freud tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministic, mekanistik, dan reduksionistik.

3.       Kesadaran dan ketidaksadaran
Freud menggambarkan ketidaksadaran dan kesadaran bagaikan gunung es di tengah lautan, dengan bongkahan kecil yang tampak di atas permukaan laut sebagai kesadaran.

o   Konsep ketidaksadaran
a.    mimpi-mimpi → merupakan representative simbolik dari kebutuhan-kebutuhan, hasrat-hasrat konflik
b.   salah ucap atau lupa
c.    sugesti pasca hipnotik
d.   materi-materi yang berasal dari teknik-teknik asosiasi bebas
e.    bahan-bahan yang berasal dari teknik proyektif

4.         Kecemasan
ð Suatu keadaan yang memotifasi kita untuk berbuat sesuatu. Fungsinya adalah untuk memperingatkan adanya ancaman bahaya
3 macam kecemasan
a.    Kecemasan realistis
→ kecemasan yang timbul karena adanya ancaman dari dunia luar. Kecemasan ini sering kali di interpretasikan sebagai rasa takut. Kecemasan realistis ini adalah kecemasan yang paling pokok sedangkan dua kecemasan yang lain (neurotik dan moral) berasal dari kecemasan ini.
b.   Kecemasan neurotic
→ timbul karena id (rangsangan insting yang menuntut pemuasan segera) muncul sebagai suatu rangsangan yang mendorong ego untuk melakukan hel-hal yang tidak dapat diterima oleh lingkungan. Ciri kecemasan neurotic yang dapat dilihat dengan jelas adalah ketakutan yang tegang dan tidak rasional phobia).
c.    Kecemasan moral
→ individu yang superego berkembang baik cenderung untuk merasa berdosa apabila ia melakukan atau bahkan berpikir untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma-norma moral. Kecemasan moral ini juga mempunyai dasar dalam realitas karena dimasa yang lampau orang telah mendapatkan hukuman sebagai akibat dari perbuatan yang melanggar kode moral dan mungkin akan mendapatkan hukuman lagi.

 Ø  Tujuan terapi Psikoanalisis
·      Membentuk kembali struktur karakter individu dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari didalam diri klien.
·      Fokus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa anak-anak.

Ø  Fungsi & peran Terapis
·      Terapis / analis membiarkan dirinya anonym serta hanya berbagi sedikit perasaan & pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada terapis / analis.

Ø  Peran terapis
·   Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam   melakukan hubungan personal dlm menangani kecemasan secara realistis
·      Membangun hub kerja dengan klien, dengan banyak mendengar dan menafsirkan
·      Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien
·      Mendengarkan kesenjangan-kesenjangan danpertentangan-pertentangan pada cerita klien.

Ø  Pengalaman klien dalam terapi
·      Bersedia melibatkan diri kedalam proses terapi yg intensif dan berjangka panjang
·      Mengembangkan hubungan dengan analis atau terapis
·      Mengalami krisis treatment
·      Memperoleh pemahaman atas masa lampau klien yang tak disadari
·      Mengembangkan resistensi-resistensi untuk belajar lebih banyak tentang diri sendiri
·      Mengembangkan suatu hub transferensi yang tersingkap
·      Memperdalam terapi
·      Menangani resistensi-resistensi dan masalah yang terungkap
·      Mengakhiri terapi

 Ø  Hubungan terapis & klien
·      Hub dikonseptualkan dalam proses tranferensi yg menjadi inti Terapi Psikoanalisis
·      Transferensi mendorong klien untuk mengalamatkan pd terapis “ urusan yg belum selesai” yang terdapat dalam hub klien dimasa lalu dengan org yang berpengaruh
·      Sejumlah perasaan klien timbul dari konflik-konflik seperti percaya lawan tak percaya, cinta lawan benci
·      Transferensi terjadi pada saat klien membangkitkan kembali konflik masa dininya yg menyangkut cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan & dendamnya
·      Jika analis mengembangkan pandangan yang tidak selaras yang berasal dari konflik2 sendiri, maka akan terjadi kontra transferensi:
a. Bentuk kontratransferensi
→ perasaan tdk suka / keterikatan & keterlibatan yg berlebihan
b. Kontratransferensi dapat mengganggu kemajuan terapi
Metode Terapi Psikoanalisa
Bentuk-bentuk metode terapi dari psikoanalisa Sigmund freud adalah sebagai berikut:
1.      Asosiasi bebas
Klien melaporkan apa saja yang muncul dalam pikirannya dengan tidak memperhatikan apakah yang dilaporkan itu menyakitkan, memalukan, atau tidak relevan
2.      Katarsis
Menghilangkan ketegangan dan kecemasan yang dilakukan dengan cara menghidupkan kembali suatu kejadian yang traumatis
3.      Analisis mimpi
Mengungkap dan menganalisa simbol-simbol yang tersembunyi dibalik mimpi klien yang muncul secara terus menerus selama terapi berlangsung
4.      Transferensi
Terjadi apabila klien memindahkan kepada terapis emosi-emosi yang terpendam atau yang ditekan sejak kecil (pada masa lalu), transferensi ini ini mungkin akan menyebabkan kelekatan, ketergantungan, bahkan cinta pada terapis, namun bisa juga sebaliknya klien jadi membenci terapisnya.
5.      Penafsiran
Merupakan penjelasan dari makna simbol-simbol, asosiasi, mimpi, resistensi, dan transferensi dari klien. atau dapat juga dikatakan sebagai penafsiran oleh terapis dari pernyataan klien berupa permasalahan yang dialaminya dengan cara yang baru.

Referensi :
Feist, J & Feist, G. 2010. Teori kepribadian edisi 7. Penerbit Salemba Humanika: Jakarta
Semiun. Yustinus, OFM. 2006. Teori kepribadian dan terapi psikoanalitik freud. Yogyakarta : Kanisius
Gunadarsa. D. Singgih. 2004. Dari anak sampai anak usia lanjut. Jakarta : Gunung mulia